Abstract:
Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah Bagaimana pelaksanaan Adat Manjapuik sumando di Jorong Mandahiling Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Apa alasan Masyarakat melaksanakan Adat manjapuik sumando dalam perkawinan di Jorong Mandahiling, Nagari Lawang Mandahiling, Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Bagaimana Analisis Maqasid Syariah tentang pelaksanaan adat manjapuik sumando di Jorong Mandahiling Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang bagaimana pelaksanaan Adat Manjapuik Sumando di Jorong Mandahiling Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Apa yang menjadi alasan masyarakat melaksanakan Adat manjapuik sumando dalam perkawinan di Jorong Mandahiling, Nagari Lawang Mandahiling, Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar. Bagaimana analisis Maqasid Syariah tentang pelaksanaan adat manjapuik sumando di Jorong Mandahiling Nagari Lawang Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar
Jenis penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu di Jorong Mandahiling Nagari Lawang Mandahiling Kabupaten Tanah Datar. Penulis mengelola data secara kualitatif. Adapun sumber data yang penulis lakukan adalah wawancara dengan Tokoh Masyarakat, Alim Ulama, Niniak Mamak, ketua KAN, perangkat Wali Nagari salimpaung. Kemudian data yang diperoleh akan dianalisis secara deskriptif analisis.
Hasil penelitian penulis adalah bahwa pelakasanaan Adat Manjapuik Sumando di Jorong Mandahiling Kecamatan Salimpaung Kabupaten Tanah Datar yakni dilaksanakan dengan cara musyarawah antara Niniak Mamak dengan Niniak Mamak laki-laki dengan Niniak Mamak perempuan penjemputan sumando tersebut pun dimusyawarahkan pada hari yang telah di tentukan. Adapun tahap pelaksanaannya dengan melihat keduudukan urang sumando tersebut. Pertama dilakukan dengan manjapuik secara ketek disebuat manjapuik sumando sacawan nasi, artinya penjemputan sumando tersebut dilakukan tanpa diadakannya pesta atau walimah. Ini dilakukan untuk orang sumando yang biasa-biasa saja. Kedua Manjapuik secara menangah disebut manjapuik sumando duo cawan nasi, artinya penjemputan sumando tersebut dilakukan dengan pesta yang sederhana dan tidak begitu besar. Ketiga manjapuik sumando secara gadang disebut manjapuik sumando tigo cawan nasi artinya penjemputan sumando tersebut dilakukan dengan pesta yang besar dan acara seperti hiburan dan pelaminan yang besar. Penjemputan ini dilakukan ini dilakukan untuk orang yang memiliki kedudukan seperti bergelar niniak mamak atau seorang datuak. Adapun alasan dilakukannya adat penjemputan sumando ini adalah untuk mendapatkan gelar, yang mana gelar tersebut merupakan suatu kebanggan/kemuliaan untuk seorang sumando agar lebih dikenal dirumah keluarga isterinya, serta dalam lingkungan masyarakat. Adapun analisis maqasid syariah yang dapat penulis tanggap ialah dengan membolehkannya. Dengan alasan dan tujuan yang sama antara Maqasid Syariah dengan adat manjapuik sumando tersebut. Tujuan dari maqasid adalah untuk memberikan gelar kepada suaminya, agar ia seorang laki-laki dan tujuan dari maqasid syariah adalah untuk memberikan gelar kepada suaminya merupakan kepentingan tersier (tahsiniyat).